Kamis, 19 September 2019

Sherlock Holmes "Kasus Wisteria House

Buku ini berisikan tiga cerita pendek tentang kasus-kasus Sherlock Holmes, di cerita pertama ada ‘Hilangnya Lady Frances Arfax’, yang mengisahkan hilangnya seorang wanita berusia 40an yang gemar melakukan petualangan di seluruh dunia dari hotel satu ke hotel yang lain. Lady Frances setiap dua minggu sekali mengirimkan surat kepada pengasuhnya di Inggris, tetapi sudah lima minggu terakhir tidak ada surat yang datang darinya. Nn. Dobney, pengasuh Sang Lady, sangat khawatir akan keselamatan wanita itu, sehingga membawa kasus ini kepada Holmes dan Watson. Maka berangkatlah mereka ke Swiss untuk menyelidiki kasus ini, karena surat terakhir Lady Frances dikirimkan dari sebuah hotel di Lausanne. Kasus ini semakin menegangkan karena menurut salah satu saksi, ternyata Lady Frances pernah terlihat bersitegang dengan seorang pria berkulit hitam dan bertubuh kekar. Apakah lelaki ini yang menculik Sang Lady? Atau lebih parah lagi, apakah ia membunuhnya?


Cerita kedua berjudul ‘Tiga Orang yang bernama Garridebs’. Bercerita tentang wasiat dari seorang tua bernama Garridebs yang akan membagikan hartanya kepada 3 orang lelaki lain bernama Garridebs. Sayangnya, nama keluarga yang satu ini cukup langka, dan baru ada dua orang yang memiliki nama akhir sama. Mereka meminta bantuan kepada Holmes untuk mencari satu orang Garridebs lagi, agar mereka dapat menerima warisan yang dijanjikan. Dapatkah Holmes membantu mereka mencari satu orang lagi yang memiliki nama langka ini?

Cerita ketiga digunakan sebagai judul buku ini, ‘Wisteria House’. Seorang lelaki paruh baya dicurigai telah membunuh seorang pria muda bernama Garcia. Lelaki itu, Scott Eccles, diketahui memberikan sepucuk surat kepada Garcia, yang ditemukan di bajunya. Ternyata, Eccles bercerita bahwa semalam ia menginap di rumah Garcia setelah bertemu di sebuah acara makan malam teman mereka. Anehnya, Garcia diperkirakan meninggal pada pukul 1 malam, padahal Eccles pada jam 1 malam maish bertemu dengan Garcia di kamarnya. Lalu bagaimana kisah sebenarnya? Dapatkah Holmes membantu memecahkan kasus ini, bersama dengan kepolisian?

Sebelumnya saya ternyata sudah pernah membaca cerita tentang Holmes ini di buku yang dikeluarkan oleh penerbit berbeda. Jelas masing-masing memiliki keunggulan tersendiri, buku penerbit tersebut yang jauh lebih tebal, menceritakan tidak hanya tiga cerita dalam satu buku, tetapi ada cukup banyak cerita. Sedang buku yang diterbitkan Delphi ini menurut saya unggul dalam kisahnya yang jauh lebih sedikit. Memang kalau dilihat, semakin tebal maka akan semakin banyak kisah yang diceritakan, tapi terkadang kesederhanaan yang diambil oleh Delphi membuat pembaca nyaman dan betah menghabiskan satu buku dalam satu kali baca, tanpa perlu maraton. Buku yang tipis juga memiliki keunggulan untuk mudah dibawa ke mana-mana, tidak membutuhkan banyak tempat, dan huruf-huruf yang digunakan juga pas sesuai kebutuhan pembaca. Meski covernya terkesan muram (karena toh Inggris pada era Holmes memang ‘muram’ dan ‘kelam’), selebihnya saya suka dengan buku ini. Terjemahannya juga tidak ‘rewel’, nggak neko-neko dan lancar.

Di buku ini, banyak sisi kepribadian Holmes yang diungkap. Di awal cerita pertama, kita sudah disuguhi kecerdikan Holmes dalam mencari petunjuk meski yang jadi ‘pasien’nya adalah Watson, sahabatnya sendiri. Holmes juga menunjukkan kesabaran dan keingintahuan yang tinggi dalam setiap penyelidikannya, meski keras kepala dan kadang bisa seenaknya sendiri (seperti tiba-tiba menyuruh Watson pergi ke Swiss sendirian, bertanya hal aneh yang nggak nyambung dalam penyelidikan) tapi Holmes juga memiliki perasaan sayang yang besar. Ini muncul di cerita ketiga, ketiga terjadi suatu hal yang buruk pada Watson.

begitulah cerita singkat novel Sherlock Holmes "Kasus Wisteria House". berikut merupakan biografi Sherlock Holmes :

Sherlock Holmes lahir pada 6 januari 1854 di salah satu tempat yaitu inggris, ia merupakan tokoh detektif criminal ditahun 1890. Sherlock holmes digambarkan sebagai pria jenius yang eksentris, tidak rapi, senang merokok dengan menggunakan pipa, arogan saat mengungkapkan deduksinya di hadapan para polisi Scotland Yard, tetapi  ia merupakan sesosok yang rendah hati dan tidak menyukai publikasi, meskipun ia daladah seorang detektif terkenal. Bahkan ia pandai bela diri, pandai menyamar, dan mampu menggunakan ilmu forensic untuk menyelesaikan kasus-kasus yang rumit dan sulit. Sherlock Holmes terinspirasi dari salah satu professor yaitu  Joseph Bell, beliau adalah seorang dosen di Edinburgh Medical School. Professor Bell adalah tokoh dalam dunia forensic, dan ia memiliki kemampuan deduktif dalam mendiagnosis penyakit.  Salah satu bab kutipan atau novel yang menceritakan Sherlock Holmes menyelesaikan suatu masalah dengan keahliannya juga membuktikan ia adalah sesosok yang benar-benar jenius dengan cara yang tak bisa diduga-duga oleh orang lain, bahkan detektif dari kepolisian pun kalah. Yaitu berjudul  Kasus Wisteria House.

Sherlock Holmes bukanlah sesosok yang pandai bergaul, satu-satunya teman yang ia punya adalah Dr. Watson. Sosok Dr. Watson berperan sebagai assiten, narrator dalam kisah-kisah mereka, pencatat informasi dan juga sebagai sahabat Sherlock Holmes. Ia lahir pada 7 agustus 1852 dengan nama lengkap Dr. John Hamish Watson. Lulusan dari University of London. Sherlock Holmes mulai terkenal ketika sudah menjadi detektif terkenal, banyak yang menyukai ia bahkan tak sedikit juga yang tidak menyukainya terutama orang-orang yang sudah tertangkap saat Sherlock melakukan detektifnya. Namun yang sangat mencolok yaitu professor Mioriaty dan Colonel Sebastian Moran. Kematian Sherlock holmes disebabkan duel dengan kedua orang tersebut disebuah  air terjun Reichenbach. 

Salah satu kutipan Sherlock Holmes yang penulis tangkap yaitu “Tetapi lebih baik terlambat mengetahui sesuatu daripada tidak mengetahuinya sama sekali”. Dalam kalimat tersebut memang terdapat suatu yang menginspirasi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mudah ditangkap makna nya oleh penulis, penulis menyimpulkan kalimat tersebut bahwa sesuatu yang terlambat tidak ada yang buruk dan proses yang terlambat belum tentu tertinggal. Karna yang tertinggal adalah yang tidak melakukannya sama sekali. Bahkan satu kali pun tidak dilaksanakan. Selain itu penulis kagum dengan kegigihan Sherlock Holmes dalam memecahkan suatu masalah dengan cara yang tak bisa diduga-duga. Begitulah sekilas singkat tokoh yang menginspirasi untuk tidak menyerah pada suatu masalah.