Buku ini berisikan tiga cerita pendek tentang kasus-kasus Sherlock
Holmes, di cerita pertama ada ‘Hilangnya Lady Frances Arfax’, yang mengisahkan
hilangnya seorang wanita berusia 40an yang gemar melakukan petualangan di
seluruh dunia dari hotel satu ke hotel yang lain. Lady Frances setiap dua
minggu sekali mengirimkan surat kepada pengasuhnya di Inggris, tetapi sudah
lima minggu terakhir tidak ada surat yang datang darinya. Nn. Dobney, pengasuh
Sang Lady, sangat khawatir akan keselamatan wanita itu, sehingga membawa kasus
ini kepada Holmes dan Watson. Maka berangkatlah mereka ke Swiss untuk
menyelidiki kasus ini, karena surat terakhir Lady Frances dikirimkan dari
sebuah hotel di Lausanne. Kasus ini semakin menegangkan karena menurut salah
satu saksi, ternyata Lady Frances pernah terlihat bersitegang dengan seorang
pria berkulit hitam dan bertubuh kekar. Apakah lelaki ini yang menculik Sang
Lady? Atau lebih parah lagi, apakah ia membunuhnya?
Cerita kedua berjudul ‘Tiga Orang yang bernama Garridebs’.
Bercerita tentang wasiat dari seorang tua bernama Garridebs yang akan
membagikan hartanya kepada 3 orang lelaki lain bernama Garridebs. Sayangnya,
nama keluarga yang satu ini cukup langka, dan baru ada dua orang yang memiliki
nama akhir sama. Mereka meminta bantuan kepada Holmes untuk mencari satu orang
Garridebs lagi, agar mereka dapat menerima warisan yang dijanjikan. Dapatkah
Holmes membantu mereka mencari satu orang lagi yang memiliki nama langka ini?
Cerita ketiga digunakan sebagai judul buku ini, ‘Wisteria House’.
Seorang lelaki paruh baya dicurigai telah membunuh seorang pria muda bernama
Garcia. Lelaki itu, Scott Eccles, diketahui memberikan sepucuk surat kepada
Garcia, yang ditemukan di bajunya. Ternyata, Eccles bercerita bahwa semalam ia
menginap di rumah Garcia setelah bertemu di sebuah acara makan malam teman
mereka. Anehnya, Garcia diperkirakan meninggal pada pukul 1 malam, padahal
Eccles pada jam 1 malam maish bertemu dengan Garcia di kamarnya. Lalu bagaimana
kisah sebenarnya? Dapatkah Holmes membantu memecahkan kasus ini, bersama dengan
kepolisian?
Sebelumnya saya ternyata sudah pernah membaca cerita tentang
Holmes ini di buku yang dikeluarkan oleh penerbit berbeda. Jelas masing-masing
memiliki keunggulan tersendiri, buku penerbit tersebut yang jauh lebih tebal,
menceritakan tidak hanya tiga cerita dalam satu buku, tetapi ada cukup banyak
cerita. Sedang buku yang diterbitkan Delphi ini menurut saya unggul dalam
kisahnya yang jauh lebih sedikit. Memang kalau dilihat, semakin tebal maka akan
semakin banyak kisah yang diceritakan, tapi terkadang kesederhanaan yang
diambil oleh Delphi membuat pembaca nyaman dan betah menghabiskan satu buku
dalam satu kali baca, tanpa perlu maraton. Buku yang tipis juga memiliki
keunggulan untuk mudah dibawa ke mana-mana, tidak membutuhkan banyak tempat,
dan huruf-huruf yang digunakan juga pas sesuai kebutuhan pembaca. Meski
covernya terkesan muram (karena toh Inggris pada era Holmes memang ‘muram’ dan
‘kelam’), selebihnya saya suka dengan buku ini. Terjemahannya juga tidak
‘rewel’, nggak neko-neko dan lancar.
Di buku ini, banyak sisi kepribadian Holmes yang diungkap. Di awal
cerita pertama, kita sudah disuguhi kecerdikan Holmes dalam mencari petunjuk
meski yang jadi ‘pasien’nya adalah Watson, sahabatnya sendiri. Holmes juga
menunjukkan kesabaran dan keingintahuan yang tinggi dalam setiap
penyelidikannya, meski keras kepala dan kadang bisa seenaknya sendiri (seperti
tiba-tiba menyuruh Watson pergi ke Swiss sendirian, bertanya hal aneh yang
nggak nyambung dalam penyelidikan) tapi Holmes juga memiliki perasaan sayang
yang besar. Ini muncul di cerita ketiga, ketiga terjadi suatu hal yang buruk
pada Watson.
begitulah cerita singkat novel Sherlock Holmes
"Kasus Wisteria House". berikut merupakan biografi Sherlock
Holmes :
Sherlock Holmes lahir pada 6 januari 1854 di salah satu
tempat yaitu inggris, ia merupakan tokoh detektif criminal ditahun 1890.
Sherlock holmes digambarkan sebagai pria jenius yang eksentris, tidak rapi,
senang merokok dengan menggunakan pipa, arogan saat mengungkapkan deduksinya di
hadapan para polisi Scotland Yard, tetapi ia merupakan sesosok yang
rendah hati dan tidak menyukai publikasi, meskipun ia daladah seorang detektif
terkenal. Bahkan ia pandai bela diri, pandai menyamar, dan mampu menggunakan
ilmu forensic untuk menyelesaikan kasus-kasus yang rumit dan sulit. Sherlock
Holmes terinspirasi dari salah satu professor yaitu Joseph Bell,
beliau adalah seorang dosen di Edinburgh Medical School. Professor Bell adalah
tokoh dalam dunia forensic, dan ia memiliki kemampuan deduktif dalam
mendiagnosis penyakit. Salah satu bab kutipan atau novel yang
menceritakan Sherlock Holmes menyelesaikan suatu masalah dengan keahliannya
juga membuktikan ia adalah sesosok yang benar-benar jenius dengan cara yang tak
bisa diduga-duga oleh orang lain, bahkan detektif dari kepolisian pun kalah.
Yaitu berjudul Kasus Wisteria House.
Sherlock Holmes bukanlah sesosok yang pandai bergaul,
satu-satunya teman yang ia punya adalah Dr. Watson. Sosok Dr. Watson berperan
sebagai assiten, narrator dalam kisah-kisah mereka, pencatat informasi dan juga
sebagai sahabat Sherlock Holmes. Ia lahir pada 7 agustus 1852 dengan nama
lengkap Dr. John Hamish Watson. Lulusan dari University of London. Sherlock
Holmes mulai terkenal ketika sudah menjadi detektif terkenal, banyak yang
menyukai ia bahkan tak sedikit juga yang tidak menyukainya terutama orang-orang
yang sudah tertangkap saat Sherlock melakukan detektifnya. Namun yang sangat mencolok
yaitu professor Mioriaty dan Colonel Sebastian Moran. Kematian Sherlock holmes
disebabkan duel dengan kedua orang tersebut disebuah air terjun
Reichenbach.